Jumat, 31 Oktober 2008

GANGGUAN PESAN

Gangguan Komunikasi

Segera setelah mongirim pesan, komunikator cenderung beranggapan bahwa pesnn pasti diterima dan dimaknai sebagaimana vang dimaksudkan. Namun, dalam perjalanannya, pesan sering kali mengalami sejumlah gangguan (noise) sehingga tidak diterima sebagaimana yang dikirimkan atau dimaknai tidak sebagaimana yang dimaksudkan.

Gangguan-1: pada akal budi konninikator ketika menjalani fungsi penginterpretasian. Ketika komunikator mencoba menginterpretasikan motif komunikasinya, yakni apa yang dipikir dan dirasakan, tiba-tiba akal budinya tidak berfungsi. Pernahkah Anda berada dalam suatu situasi di mana sedemikian takut atau nir-nya sehingga tidak mampu berkata-kata walaupun Anda ingin berbicara? Situasi yang sama juga mungkin terjadi ketika Anda sedemikian marahnya, atau terlalu bahagia, atau sangat sedih. Dalam puncak emosi manusia yang paling ekstrem, akal seakan tidak mampu bekerja. Anda tidak tahu apa yang harus dikatakan atau mengatakan apa. Contoh dalam bentuk yang lain: pernahkah Anda merasa menyampaikan komentar yang keliru di saat yang keliru dan ketika hal itu terucap Anda jadi menyesal atau merasa malu? Inilah gangguan budi; jenis gangguan lain ketika fungsi interpreter dalam diri Anda tidak bekerja sebagaimana harusnya.

Gangguan-2: pada akal budi komitnikator kctika menjalani fungsi petandian. Ini terjadi ketika Anda lupa tentang satu istilah, sementara konsep tentang istilah itu ada di benak Anda, atau ketika Anda berbicara dan menyebut nama, maksudnya adalah Rina, tapi yang terucap adiknya, Rani, dan Anda baru tersadar akan kekeliruan encoding, penyandian, ketika orang lain mengingatkan keke­liruan Anda. Anda merasa sudah mengucapkan benar, tidak ada yang salah dengan maksud Anda, tapi orang menertawakan. Tersadarlah Anda bahwa ucapan Anda keliru, salah menyandikan pesan, atau ketika Anda berhadapan dengan seorang Jepang, sementara Anda tidak bisa berbahasa (menggunakan lambang komunikasi) Jepang. Begitu banyak ide dan gagasan yang ingin Anda ucapkan, sehingga situasi menjadi canggung. Problem terjadi pada tahap encoding di dalam diri komunikator, ia tahu apa yang ingin dikatakan, tapi tidak tahu bagaimana mengatakannya dalam lambang komu­nikasi yang dimengerti komunikan.

Gangguan-3: pada peralatan jasmaniah ketika menjalani fungsi pengiriman. Seorang pedagang Cina menjawab seorang ibu yang menawar barang dagangannya, "Lu gila!". Maksudnya, rugilah. la tidak dapat menyebutkan huruf "R". Bayangkan degan ini: Anda diculik, dan penculik Anda menyembunyikan Anda di jok belakang mobil, di bawah tumpukan pakaian, membuat tubuh Anda tidak terlihat. Polisi datang memeriksa dari luar jendela. Anda ingin berteriak minta pertolongan, tapi mulut Anda tersekap. Akal budi Anda mampu menjalankan fungsi interpreter dan encoder, namun peralatan jasmaniah Anda gagal mentransmit-nya, mengirimkannya karena mulut yang tersekap itu.

Gangguan-4: pada saluran / media komunikasi. Pada komunikasi tatap muka tanpa media, terdapat kemungkinan peristiwa ini: Anda hams berbicara di dalam suatu pabrik yang mesinnya meraung keras. Anda sudah berteriak, namun raungan itu tetap mengganggu, komunikan Anda tidak mende-ngar dengan jelas. Contoh lain pada komunikasi bermedia: Anda menulis surat, tulisannva luntur tidak terbaca, atau Anda selaku komunikan yang menonton televisi, namun gambarnya rusak tidak terlihat. Seluruh contoh ini menunjukkan adanya gangguan pada saluran / media yang digunakan.

Gangguan-5: pada peralatan jasmaniah komnnikan ketika menjalani fungsi pencrimaan. Anda adalah Otong yang menyampaikan perkataan lisan, "Besok Otong camping", tapi didengar oleh komunikan Anda, "Besok potong kambing". Mata komunikan Anda rabun, sehingga tulisan yang Anda berikan padanya tidak terbaca. Di sini, peralatan jasmanial' komunikan yang berfungsi sebagai receiver, alat penerima, bermasalah; membuat pesan diterim tidak sebagaimana yang dikirimkan atau bahkan tidak dapat diterima (receiver) sama sekali.

Gangguan-6: pada akal budi koimuikan ketika menjalani fungsi penyandian balik. Ketika Anda menggunakan bahasa Indonesia pada seorang asing yang tidak mengerti bahasa Indonesia, pengetahuan akal komunikan Anda gagal mengurai (decode) lambang komunikasi yang Anda gunakan itu sehingga ia tidak dapat mcnangkap pesan Anda, atau Anda menulis surat pada seseorang yang buta huruf. Ia mampu melihat (receive) huruf-huruf tulisan Anda dengan jelas, tapi sama sekali tidak dapat membacanya, tidak ada makna yang dapat ia mengerti.

Ganggnan-7: pada akal budi komunikan ketika menjalani fungsi penginterpretasian. Ini terjadi ketika lambang kqmijriikasi telah berhasil diurai. Komunikan Anda mengerti perkataan Anda, tapi interpretasinya kurang atau keliru, tidak sebagaimana yang Anda maksudkan. Contoh: Anda berkunjung ke rumah kawan. Sudah bicara seharian, tidak juga disuguhi minuman. Anda haus, mencoba menyindirnya secara halus," Yah, sedang kemarau, sumurnya kering, ya?". Dengan lugunya, teman Anda menjawab, "lya, sudah tiga bulan tidak hujan!". Da lam kasus ini, dinyatakan bahwa komu­nikan Anda tidak memahami makna konotatif dari lambang komunikasi yang Anda gunakan. Ia mampu me-receive, ia mampu mendecode, tapi gagal menginterpretasikan konotatif yang Anda maksudkan. Contohi lainnya: Anda diundang makan oleh calon mertua. Jika bersendawa sehabis makan, 'kamus' adat Anda menyatakan, 'itulah pujian bagi tuan rumah'. Pesannya adalah 'terima kasih, masakan yang disuguhkan lezat luar biasa, saya menikmatinya'. Maka dengan sengaja bersendawalah Anda sekerasnya. Calon mertua Anda mengerenyitkan kening, menginterpretasikan pesan Anda tidak sebagaimana yang Anda maksudkan. Denotatif yang tertulis dalam 'kamus' mertua Anda ternyata berbeda. Menurutnya, 'Anda sungguh tidak sopan!'

Berdasarkan pemahaman atas tujuh titik gangguan komunikasi di atas, ilmu komunikasi umumnya mengelompokkan dua gangguan utama, yaitu gangguan teknis dan gangguan semantik.

Gangguan Teknis dan Semantik

Gangguan teknis adalah gangguan yang terjadi selala proses perjalanan pesan dari komunikatir kekomunikannya, yakni mulai proses pengiriman (receive). Artinya, gangguan terjadi pada saluran/media komunikasi, sebagaimana ditunjukkan pada gangguan-4, serta pada alat pengirim (gangguan-3) dan alat penerima (gangguan-4)


Miscommunication dan Misunderstanding

Miscommunication adlah kesalahan pengertian karena faktor peralatan jasmaniah (gangguan semantik) atau juga dapat terjadi karena faktor penilaian akal (denotatif) yang tidak sama antara komunikator dan komunikannya. Sedangkan misunderstanding adalah kesalahpahaman yang terjadi karena faktor penilaian budi (konotatif) yang tidak sama antara komunikator dan kkomunikannya.

Tidak ada komentar: