Selasa, 09 Desember 2008

Model 7 Gangguan Komunikasi

Apabila komunikasi yang terjadi sirkuler, yaitu ketika komunikan memberikan umpan baliknya pada komunikator, maka proses yang sama juga terjadi. setelah mengirim pesan, komunikator cenderung beranggapan bahwa pesan pasti diterima dan dimaknai sebagaimana yang dimaksudkan. Namun, dalam perjalanannya, pesan sering kali mengalami sejumlah gangguan (noise) sehingga tidak diterima sebagaimana yang dikirimkan atau dimaknai tidak sebagaimana yang dimaksudkan.


Gangguan 1
Pada akal budi komunikator ketika menjalani fungsi penginterpretasian. Ketika komunikator mencoba menginterpretasikan motif komunikasinya, yakni apa yang dipikir dan dirasakan, tiba-tiba akal budinya tidak berfungsi. Misalnya dalam keadaan berduka (orang tua anda meninggalkan anda) dimana sedemikian sedih hingga teramat dalam, sehingga tidak mampu berkata-kata walaupun sebenarnya anda ingin berbicara. atau Pernahkah Anda berada dalam suatu Ketika melihat ada api besar tiba tiba terpaku tidak dapat berbicara dan nengatakan sesuatu pesan, pada akal budinya ingin menyampaikan sesuatu tapi tidak dapat menjalani fungsi penginterpretasian.

Gangguan 2
Pada akal budi komunikator ketika menjalani fungsi peyandian. Ini terjadi ketika Anda lupa tentang satu istilah, sementara konsep tentang istilah itu ada di benak Anda, atau dalam satu rapat tertentu anda ingin mengatakan nama seseorang didalam akal budi anda teringat nama seseorang yaitu Dina tetapi yang keluar dari anda adalah hanya Dinar. dan Anda baru tersadar akan kekeliruan encoding, penyandian, ketika orang lain mengingatkan kekeliruan Anda. Anda merasa sudah mengucapkan benar, tidak ada yang salah dengan maksud Anda, tapi orang menertawakan. Tersadarlah Anda bahwa ucapan Anda keliru, salah menyandikan pesan atau misalnya anda adalah seorang pelawak dan diundang oleh seorang EO untuk menghibur peserta tourist namun pada saat anda telah mengihibur di depan, anda terheran-heran tidak ada satu orang pun yang tertawa karena dan ternyata peserta adalah touris jepang yang tidak mengerti bahasa anda.disini teradapat banyak gagasan dan ide yang ingin anda utarakan sehingga situasi menjadi canggung .

Gangguan 3
pada peralatan jasmaniah ketika menjalani fungsi pengiriman. Seorang tunawicara sedang berada di angkotan menuju pasar kopro dan ia berkata bang kiwi…kiwi .Maksudnya kiri. la tidak dapat menyebutkan huruf "R". Karena ia tuna wicara. Bayangkan degan ini: Anda diculik, dan penculik Anda menyembunyikan Anda di jok belakang mobil, di bawah tumpukan pakaian, membuat tubuh Anda tidak terlihat. Polisi datang memeriksa dari luar jendela. Anda ingin berteriak minta pertolongan, tapi mulut Anda tersekap. Akal budi Anda mampu menjalankan fungsi interpreter dan encoder, namun peralatan jasmaniah Anda gagal mentransmit-nya, mengirimkannya karena mulut yang tersekap itu.

Gangguan 4
pada saluran / media komunikasi. Pada komunikasi tatap muka tanpa media, terdapat kemungkinan peristiwa ini: Anda memanggil tukang bakso di dalam keadaan hujan deras sangat deras. Anda sudah berteriak, namun derasan hujan itu tetap mengganggu, komunikan Anda tidak mendengar dengan jelas. Contoh lain pada komunikasi bermedia: gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan. Pada situasi pasca gempa tersebut jaringan listrik dan telekomunikasi terputus sehingga untuk menyampaikan dan menyalurkan pesan baik dari para korban kepada pemerintah/tim rekonstruksi maupun sebaliknya. Tidak dapat diterima.

Gangguan 5
pada peralatan jasmaniah komunikan ketika menjalani fungsi penerimaan. Mata komunikan Anda rabun, sehingga warna yang Anda berikan padanya tidak terbaca atau tidak tahu warna. Di sini, peralatan jasmanial' komunikan yang berfungsi sebagai receiver, alat penerima, bermasalah; membuat pesan diterima tidak sebagaimana yang dikirimkan atau bahkan tidak dapat diterima (receiver) sama sekali.

Gangguan 6
pada akal budi komunikan ketika menjalani fungsi penyandian balik. Ketika Anda menggunakan bahasa Indonesia pada seorang asing yang tidak mengerti bahasa Indonesia, pengetahuan akal komunikan Anda gagal mengurai (decode) lambang komunikasi yang Anda gunakan itu sehingga ia tidak dapat menangkap pesan Anda, atau Anda menulis surat pada seseorang yang buta huruf. Ia mampu melihat (receive) huruf-huruf tulisan Anda dengan jelas, tapi sama sekali tidak dapat membacanya, tidak ada makna yang dapat ia mengerti.

Gangguan 7
pada akal budi komunikan ketika menjalani fungsi penginterpretasian. Ini terjadi ketika lambang komunikasi telah berhasil diurai. Komunikan Anda mengerti perkataan Anda, tapi interpretasinya kurang atau keliru, tidak sebagaimana yang Anda maksudkan. Contoh: Anda diundang makan oleh calon mertua. Jika berbicara dalam keadaan makan, 'kamus' adat Anda menyatakan, 'itulah pujian bagi tuan rumah'. Pesannya adalah 'terima kasih, masakan yang disuguhkan lezat luar biasa, saya menikmatinya'. Maka dengan sengaja Anda ingin mengatakan mengatakan terima kasih. Calon mertua Anda mengerenyitkan kening (namun dalam “adat jawa” tidak sopan), menginterpretasikan pesan Anda tidak sebagaimana yang Anda maksudkan. Denotatif yang tertulis dalam 'kamus' mertua Anda ternyata berbeda. Menurutnya, 'Anda sungguh tidak sopan!’ Da lam kasus ini, dinyatakan bahwa komunikan Anda tidak memahami makna konotatif dari lambang komunikasi yang Anda gunakan. Ia mampu me-receive, ia mampu mendecode, tapi gagal menginterpretasikan konotatif yang Anda maksudkan.

Berdasarkan pemahaman atas tujuh titik gangguan komunikasi di atas, ilmu komunikasi umumnya mengelompokkan dua gangguan utama, yaitu gangguan teknis dan gangguan semantik.

Gangguan Teknis dan Semantik
Gangguan teknis adalah gangguan yang terjadi selala proses perjalanan pesan dari komunikatir kekomunikannya, yakni mulai proses pengiriman (receive). Artinya, gangguan terjadi pada saluran/media komunikasi, sebagaimana ditunjukkan pada gangguan-4, serta pada alat pengirim (gangguan-3) dan alat penerima (gangguan-4)
Miscommunication dan Misunderstanding
Miscommunication adalah kesalahan pengertian karena faktor peralatan jasmaniah (gangguan semantik) atau juga dapat terjadi karena faktor penilaian akal (denotatif) yang tidak sama antara komunikator dan komunikannya. Sedangkan misunderstanding adalah kesalahpahaman yang terjadi karena faktor penilaian budi (konotatif) yang tidak sama antara komunikator dan kkomunikannya

Jumat, 31 Oktober 2008

HAKIKAT MANUSIA

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan.

Peralatan tubuh manusia .
Berdasrkan sifat materinya peralatan tubuh manusia dapat kita bedakan atas peralatan rohani. Baik komuinkator dan komunikan adalah manusia, keduanya menggunakan peralatan jasmani dan rohaninya dalam berkomunikasi. Dalam berkomunikasi Intrapribadi, amnusianya komunikator menggunakan peralatan rohani seperti hani nurani, akal budi, dan seperangkat naluri untuk menyusun pesan. Peralatan jasmani bersifat konkret, dapat dilihat, dan dipegang: sedangkan peralatan rohani bersifat abstrak, tidak dapat dilihat dan dipegang namun dapat dirasakan fungsi-fungsinya.

Peralatan Jasmani
Pealatan jasmani memiliki fungsinya masing-masing. Pada sisi komunikator, peralatan jasmani yang berfungsi tidak sebagaimana adanya dapat bermasalah .

Peralatan R ohaniah
peralatan rohani juga memiliki fungsinya masing-masing. peralatan rohani berkerja secara simultan, bersama-sama terus menerussepanjang kesadran manusia pemiliknya, dan baru berhenti ketika pemiliknya mati. dari kerja peralata rohani, pesan komunikasi dihasilkan. karena bersifat abstrak, kita hanya bisa membedakan masing-masing peralatan rohani dasarkan fungsi-fungsinya.

Peralatan R ohaniah adalah
Akal
Akal adalahsalah satu peralatan rohani manusia yang berfungsi untuk membedakan mana yang salah dan benar, mengingat, menghubungkan,menganalisi dan menyimpulkan. Keammapuan akal sering diukur dengan IQ(intelectual quetient).;kecerdasan intelektual. EQ (emotional quetiont). Buku ini meyakiniEQ adalah hasil kerja peralatan rohai selain daripada akal, yakni apa yamg kita sebut budi.

Budi
Budi adalah salah satu fungsi rohani manusia yang berfungsi untuk membedakan baik atau buruk (etika). indah atau tidak indah (estetika atau perasaan keindahan). sopan atau tidak sopan (etiket atau perasaan ketata kramakesopanan). apabila akal terikat dengan logikadan cendrung obyektif, maka budi bersifta subyektif, karena terikat langsung dengan emosi. Sehingga dinyatakan pula bhwa budi adalah fungsi perasaan. karena haikat dan juga fungsinya memang berbeda.

Naluri
Naluri adalah dorongan yang dibawa manusia sejak lahiruntuk berperilaku tertentu. naluri sering disebut juga instink. salah satu naluri misalnya adalah naluri ketuhanan .

Hati Nurani
Hati nurani adalah peralatan rohani manusia ynag berfungsi sebagai pedoman manakala akal, budi naluri tidak dapat memutuskna dan manusia berada dalam keseimbangan. Apabila akla terkait dengan kecerdasan intelekual (IQ), budi dengan kecerdasan emosional (EQ), maka hati nurani adalah kecerdasan spritual: SQ(Spritual quetient). Maka kita dapat mendefinisikan manusia sebagi makhluk yang memiliki hati nurani, akal, budi, dan seperangkat naluri.

Peralatan rohaniah
ketika nurani, akal, budi, dan seperangkat naluri bekerja, hasilnya kita sebut hasil kerja peralatan rohani, yang terdiri dari falsafah hidup , konsepsi kebahagian, motif komunikasi, serta pesan komunikan atau ringkasanya kita sebut pesan saja.

Motif komunikasi
motif komunikasi sebagai uasaha penyampaian pesan antarmausia atau motif komunikasise bagai sebab-sebab yang mendorong komuikator menyampaikan pesannya kepada komunikan. Manusia menyapaikan pesan karena ia mempunyai motif.

Konsepsi kebahagian

Konsepsi kebahagian dapat dimaknai sebagai rancangan, cetak biru, atau blue print yang menjadi arahan kita dalam mencapai sesuatu. Konsepsi kebahagian kita artikan sebagai rancangan dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh kebahagianya berbagai bidang kehidupan : keluarga, pasanga hidup, pekerjaan, pendidikan, serta bidang-bidang kehidupan laninya. Konsepsi kebahagian adalah hasil kerja peralatan rohani: hati hati nurani, akal, budi, dan seperangkat naluri yang terbentuk sepanjang hidup manusia pemiliknya.

EFEK KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI EFEKTIF

EFEK KOMUNIKASI
Efek komunikasi adalah pengaruh yang timbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Efek komunikasi dapat kita bedakan atas efek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif (tingkah laku).

KOMUNIKASI EFEKTIF
Kata kunci komunikasi efektif adalah sejauh mana komunikator mampu berorientasi kepada komunikannya, Berorientasi artinva melihat dani memahami tingkat akal budi (decoder dan interpreter) berikut peralatan jasmaniah (receiver) yang dimiliki komunikan; mengingat hal ini terkait dengan pemilihan bentuk pesan, makna pesan, struktur pesan, dan cara penyajian pesan, termasuk pula penentuan saluran/media yang Anda hams lakukan selaku komunikator. Dalam komunikasi tatap muka agar komunikasi Anda efektif, jika hasil orientasi Anda menunjukkan bahwa pendengaran komuni¬kan Anda kurang, maka Anda sebaiknya berteriak jika berbicara dengannya. Jika hasil orientasi Anda menunjukkan bahwa komunikan Anda sangat ketat pada tata krama (budi), hendaknya cara penya¬jian pesan Anda sesuaikan dengannya. Jika Anda mendapatkan tingkat pengetahuan (akal) dari komunikan Anda rendah, sebaiknya Anda meng-gunakan bahasa yang lebih sederhana.

Dengan pengertian ini, maka dalam tataran komu¬nikasi massa, berorientasi kepada komunikan berarti Anda hams melakukan penelitian-bahkan membeli hasil riset - guna mengetahui dengan jelas profil komunikan Anda sebelum Anda merancang pesan dan memilih media. Dalam konteks inilah kita membicarakan efektivitas dan efisiensi komunikasi.

Efeltif vd Efisien
Dalam jangka pendek, komunikasi efektif belum tentu efisien. Contoh: karena satu dan lain hal, seorang paman - yaitu kakak dari ibu - yang tinggal di kota lain marah besar pada Anda. Situasinya berkembang sedemikian rupa, sehingga Anda menyadari bahwa untuk menyelesaikan persoalan, Anda harus bertemu langsung dengannya. Maka kemudian yang Anda lakukan adalah membeli tiket pesawat, terbang ke kota ternpat paman Anda, untukbertemu langsung dengannya karena itulah yang efektif walau tidak efisien. Bisa saja Anda menggunakan telepon yang jauh lebih efisien dari segi biaya dan \vaktu, namun persoalan belum tentu selesai. Setiap saat telepon dapat saja dibanting oleh paman Anda, membuat Anda harus bertelepon lagi, dan lagi. Belum lagi 'kerugian' emosional yang harus Anda tanggung.
Maka jika ilmu ekonomi berbicara tentang efisiensi, kita di dalam komunikasi berbicara dalam konteks efektifitas. Seandainya Anda merancang suatu pro¬gram komunikasi dalam jangka pendek, belum tentu program itu efisien, tapi ia efektif. Katakanlah program kampanye yang Anda rancang itu menghabiskan dana Rp. 10 juta, namun bagian keuangan memangkasnya menjadi Rp. 9 juta. Anda bergerak dengan dana Rp. 9 juta itu. Nyatanya, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karenanya, masih perlu dirancang program komunikasi lanjutan dengan budget Rp. 3 juta. Alih-alih Rp. 10 juta yang keluar, perusahaan Anda menghabiskan dana Rp. 12 juta. Dalam jangka pendek, komunikasi efektif belum tentu efisien. Dalam jangka panjang, komu¬nikasi efektif pasti efisien, namun sebaik-baiknya adalah Anda merancang program komunikasi yang efektif dan efisien. jika harus memilih, pilihlah yang efektif, bukan yang efisien.

GANGGUAN PESAN

Gangguan Komunikasi

Segera setelah mongirim pesan, komunikator cenderung beranggapan bahwa pesnn pasti diterima dan dimaknai sebagaimana vang dimaksudkan. Namun, dalam perjalanannya, pesan sering kali mengalami sejumlah gangguan (noise) sehingga tidak diterima sebagaimana yang dikirimkan atau dimaknai tidak sebagaimana yang dimaksudkan.

Gangguan-1: pada akal budi konninikator ketika menjalani fungsi penginterpretasian. Ketika komunikator mencoba menginterpretasikan motif komunikasinya, yakni apa yang dipikir dan dirasakan, tiba-tiba akal budinya tidak berfungsi. Pernahkah Anda berada dalam suatu situasi di mana sedemikian takut atau nir-nya sehingga tidak mampu berkata-kata walaupun Anda ingin berbicara? Situasi yang sama juga mungkin terjadi ketika Anda sedemikian marahnya, atau terlalu bahagia, atau sangat sedih. Dalam puncak emosi manusia yang paling ekstrem, akal seakan tidak mampu bekerja. Anda tidak tahu apa yang harus dikatakan atau mengatakan apa. Contoh dalam bentuk yang lain: pernahkah Anda merasa menyampaikan komentar yang keliru di saat yang keliru dan ketika hal itu terucap Anda jadi menyesal atau merasa malu? Inilah gangguan budi; jenis gangguan lain ketika fungsi interpreter dalam diri Anda tidak bekerja sebagaimana harusnya.

Gangguan-2: pada akal budi komitnikator kctika menjalani fungsi petandian. Ini terjadi ketika Anda lupa tentang satu istilah, sementara konsep tentang istilah itu ada di benak Anda, atau ketika Anda berbicara dan menyebut nama, maksudnya adalah Rina, tapi yang terucap adiknya, Rani, dan Anda baru tersadar akan kekeliruan encoding, penyandian, ketika orang lain mengingatkan keke­liruan Anda. Anda merasa sudah mengucapkan benar, tidak ada yang salah dengan maksud Anda, tapi orang menertawakan. Tersadarlah Anda bahwa ucapan Anda keliru, salah menyandikan pesan, atau ketika Anda berhadapan dengan seorang Jepang, sementara Anda tidak bisa berbahasa (menggunakan lambang komunikasi) Jepang. Begitu banyak ide dan gagasan yang ingin Anda ucapkan, sehingga situasi menjadi canggung. Problem terjadi pada tahap encoding di dalam diri komunikator, ia tahu apa yang ingin dikatakan, tapi tidak tahu bagaimana mengatakannya dalam lambang komu­nikasi yang dimengerti komunikan.

Gangguan-3: pada peralatan jasmaniah ketika menjalani fungsi pengiriman. Seorang pedagang Cina menjawab seorang ibu yang menawar barang dagangannya, "Lu gila!". Maksudnya, rugilah. la tidak dapat menyebutkan huruf "R". Bayangkan degan ini: Anda diculik, dan penculik Anda menyembunyikan Anda di jok belakang mobil, di bawah tumpukan pakaian, membuat tubuh Anda tidak terlihat. Polisi datang memeriksa dari luar jendela. Anda ingin berteriak minta pertolongan, tapi mulut Anda tersekap. Akal budi Anda mampu menjalankan fungsi interpreter dan encoder, namun peralatan jasmaniah Anda gagal mentransmit-nya, mengirimkannya karena mulut yang tersekap itu.

Gangguan-4: pada saluran / media komunikasi. Pada komunikasi tatap muka tanpa media, terdapat kemungkinan peristiwa ini: Anda hams berbicara di dalam suatu pabrik yang mesinnya meraung keras. Anda sudah berteriak, namun raungan itu tetap mengganggu, komunikan Anda tidak mende-ngar dengan jelas. Contoh lain pada komunikasi bermedia: Anda menulis surat, tulisannva luntur tidak terbaca, atau Anda selaku komunikan yang menonton televisi, namun gambarnya rusak tidak terlihat. Seluruh contoh ini menunjukkan adanya gangguan pada saluran / media yang digunakan.

Gangguan-5: pada peralatan jasmaniah komnnikan ketika menjalani fungsi pencrimaan. Anda adalah Otong yang menyampaikan perkataan lisan, "Besok Otong camping", tapi didengar oleh komunikan Anda, "Besok potong kambing". Mata komunikan Anda rabun, sehingga tulisan yang Anda berikan padanya tidak terbaca. Di sini, peralatan jasmanial' komunikan yang berfungsi sebagai receiver, alat penerima, bermasalah; membuat pesan diterim tidak sebagaimana yang dikirimkan atau bahkan tidak dapat diterima (receiver) sama sekali.

Gangguan-6: pada akal budi koimuikan ketika menjalani fungsi penyandian balik. Ketika Anda menggunakan bahasa Indonesia pada seorang asing yang tidak mengerti bahasa Indonesia, pengetahuan akal komunikan Anda gagal mengurai (decode) lambang komunikasi yang Anda gunakan itu sehingga ia tidak dapat mcnangkap pesan Anda, atau Anda menulis surat pada seseorang yang buta huruf. Ia mampu melihat (receive) huruf-huruf tulisan Anda dengan jelas, tapi sama sekali tidak dapat membacanya, tidak ada makna yang dapat ia mengerti.

Ganggnan-7: pada akal budi komunikan ketika menjalani fungsi penginterpretasian. Ini terjadi ketika lambang kqmijriikasi telah berhasil diurai. Komunikan Anda mengerti perkataan Anda, tapi interpretasinya kurang atau keliru, tidak sebagaimana yang Anda maksudkan. Contoh: Anda berkunjung ke rumah kawan. Sudah bicara seharian, tidak juga disuguhi minuman. Anda haus, mencoba menyindirnya secara halus," Yah, sedang kemarau, sumurnya kering, ya?". Dengan lugunya, teman Anda menjawab, "lya, sudah tiga bulan tidak hujan!". Da lam kasus ini, dinyatakan bahwa komu­nikan Anda tidak memahami makna konotatif dari lambang komunikasi yang Anda gunakan. Ia mampu me-receive, ia mampu mendecode, tapi gagal menginterpretasikan konotatif yang Anda maksudkan. Contohi lainnya: Anda diundang makan oleh calon mertua. Jika bersendawa sehabis makan, 'kamus' adat Anda menyatakan, 'itulah pujian bagi tuan rumah'. Pesannya adalah 'terima kasih, masakan yang disuguhkan lezat luar biasa, saya menikmatinya'. Maka dengan sengaja bersendawalah Anda sekerasnya. Calon mertua Anda mengerenyitkan kening, menginterpretasikan pesan Anda tidak sebagaimana yang Anda maksudkan. Denotatif yang tertulis dalam 'kamus' mertua Anda ternyata berbeda. Menurutnya, 'Anda sungguh tidak sopan!'

Berdasarkan pemahaman atas tujuh titik gangguan komunikasi di atas, ilmu komunikasi umumnya mengelompokkan dua gangguan utama, yaitu gangguan teknis dan gangguan semantik.

Gangguan Teknis dan Semantik

Gangguan teknis adalah gangguan yang terjadi selala proses perjalanan pesan dari komunikatir kekomunikannya, yakni mulai proses pengiriman (receive). Artinya, gangguan terjadi pada saluran/media komunikasi, sebagaimana ditunjukkan pada gangguan-4, serta pada alat pengirim (gangguan-3) dan alat penerima (gangguan-4)


Miscommunication dan Misunderstanding

Miscommunication adlah kesalahan pengertian karena faktor peralatan jasmaniah (gangguan semantik) atau juga dapat terjadi karena faktor penilaian akal (denotatif) yang tidak sama antara komunikator dan komunikannya. Sedangkan misunderstanding adalah kesalahpahaman yang terjadi karena faktor penilaian budi (konotatif) yang tidak sama antara komunikator dan kkomunikannya.

PROSES PENYAMPAIAN PESAN: INTRAPRIBADI DAN ANTARPRIBADI

Tahapan Proses Komunikasi

Proses Komunikasi Tahap-1:
Penginterpretasian Yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi di dalam diri komunikator. Artinva, proses komunikasi tahap-1 bermula scjak motif komunikasi
muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikirdan rasakan ke dalam pesan yang masih bersifat abstrak. Dalam contoh kasus ketika seorang ayah menyadari bahwa anaknya lulus SMU, motif komunikasinya timbul: agar si anak memilih teknik industri, persis seperti dirinya. Proses penerjemahan motif komu-nikasi ke dalam pesan kita sebut interpreting, penginterpretasian. Akal budi manusia bertindak sebagai interpreter, alat penginterpretasi.

Proses Komunikasi Tahap-2: Penyandian.
Tahap ini masih terjadi dalam diri komunikator, berawal sejak pesan yang bersitat abstrak berhasil diwujudkan akal budi manusia ke dalam lambang komu-nikasi. Proses tahap ini kita sebut encoding, proses penyandian. Akal dan budi manusia berfungsi sebagai encoder, alat penyandi: merubah pesan yang abstrak menjadi konkret.

Proses Komunikasi Tahap-3: Pengiriman.
Proses komunikasi tahap-3 terjadi ketika komunikator melakukan tindak komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniahnya yang berfungsi sebagai transmitter, alat pengirim pesan. Misalkan, saya menyukai seorang gadis. Motif komunikasi saya timbul karena si gadis memenuhi kriteria konsepsi kebahagiaan menyangkut calon pasangan hidup. Akal budi saya menginterpretasikan apa yang saya pikir dan rasa itu sebagai cinta (tahap-1). Saya ingin menyatakannya pada si gadis, akal budi saya menyusun kata-kata (encode) yang menurut saya dapat mewujudkan motif komunikasi saya (Tahap-2). Di hadapan si gadis, tidak sepatah pun kata terucap, saya hanya terdiam gugup di hadapannya. Pesan gagal saya transmit, gagal dalam pengirimannya, saya tidak sanggup melakukan tindak komunikasi, menyampaikan pesan guna mewujudkan motif komunikasi: perasaan cinta itu. Saya selesai dengan intrapribadi, gagal dalam antarpribadi, membuat proses terhenti pada tahap-3.

Proses Komunikasi Tahap-6: Penyandian balik.
Tahap ini terjadi dalam diri komunikan, bermula sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan jasmaniah yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budi menusia berhasil mengurainya. Proses ini disebut decoding, penyandian balik. Dalam contoh kita, saya monggunakan bahasa Indonesia, tapi ia gadis Jepang, ia tidak mengerti bahasa In¬donesia. Walau ia gagal men-decode lambang komu¬nikasi verbal bahasa lisan Indonesia yang saya sampaikan karena ia Jepang, tapi melalui nonver¬bal bahasa tubuh, parabahasa, dan bunga mawar ia dapat men-decode-nya. Peralatan rohaniahnya, akal budinya, mengurai nonverbal saya sebagai ungkapan cinta. Namun, bisa jadi ia hanya menatap saya heran, tidak mengerti "bahasa bunga". Maka proses terhenti di titik ini, akal budinya gagal mendecode lambang komunikasi yang diterimanya.

Proses KomunikasiTahap-7: Penginterpretasian.
Seandainya proses berlanjut, gadis Jepang berhasil men-decode pesan saya, maka proses memasuki tahap-7. Tahap ini terjadi di dalam diri komunikan, berawal sejak lambang komunikasi berhasil diurai ke dalam bentuk pesannya: cinta. Komunikan saya, gadis Jepang itu, mencoba menginterpretasikan dan memaknai hal itu, denotatif dan konotatif, dikaji oleh akal budi. Pada saat ini, proses komu¬nikasi tahap-1 sebagaimana diterangkan di atas kembali terulang, kali ini dalam diri gadis itu, yang mulai berperan sebagai komunikator. Misalkan saja akal budinya memaknai ketulusan saya, npalagi ia pun memendam perasaan yang sama, maka motif komunikasinya terbentuk. la siap untuk membalas cinta saya, walau banyak terdapat perbedaan di antara kami, bahkan bahasa kami berbeda satu dengan lainnya. Proses komunikasi tahap-tahap berikutnya berlanjut dan berulang. Komunikan menjalankan peran komunikator-2. Dalam komuni¬kasi antarpribadi yang sirkuler, peran komunikator dan komunikan saling dipertukarkan, berlangsung cepat, dalam hitungan detik, dinamis bergantian. Proses komunikasi tahap-7 yang relatif sama dengan tahap-1 kita sebut proses penginterpretasian, lazim dinamai pula sebagai proses pemaknaan.

Kamis, 30 Oktober 2008

HAKIKAT ILMU KOMUNIKASI

FILSAFAT :
Filsafat adalah Ibu Segala Ilmu, Jika ilmu komunikasi kita ibaratkan sebagai pohon, ia tumbuh dari “biji pohon” pohon filsafat. Pohon filsafat merupakan pohon dari mana semua ilmu berasal, membuat filsafat disebut “ibu segala ilmu” (Poedjawijana, 1983;keraf,2001).
Sebagai pohon ilmu, filsafat memiliki dua cabang utama atau objek ilmu yakni

* Ilmu alam atau eksakta

Ilmu – ilmu alam mempelajari berbagai zat dan benda alam. Dalm upaya memecahkan masalah dan menjawab berbagai pertanyaan itu, lahirlah ilmu fisika, (mengkaji segala fisik yang ada di alam), ilmu kimia (zat atau unsure alam), ilmu biologi (makhluk perngisi alam; tumbuhan hewan, termasuk makhluk hayatu manusia). Karena obyek ilmu ini adalah benda alam maka dikelompokkanlah mereka dalam ilmu-ilmu alam, Cabang ilmu – ilmu alam tadi kita sebut ilmu – ilmu alam murni.

* Ilmu Sosial

Ilmu social mempelajari manusia dalam konteks hubungannya dengan manusia lain dan social itu sendiri adalah tindakan atau dalam konteks perilaku. Dalam rumpun ilmu–ilmu social yang tumbuh belakangan setelah ilmu–ilmu alam, berkembang beberapa cabang, utama antara lain seperti Psikologi,mempelajari manusia dalam konteks kejiwaan dan tingkah laku; Sosiologi, mempelajari manusia dalam konteks organisasi social kemasyrakatan; Ekonomi, mempelajari manusia dalam konteks pemenuhan kebutuhannya atau barang dan jasa; Antropologi mempelajari manusia dalam konteks budaya; Politik, mempelajari manusia dalam konteks kekuasaan serta system pemerintahan. Cabang dalam rumpun ilmu–ilmu social ini disebut ilmu–ilmu social murni. Dari ilmu-ilmu social murni berkemabng sejumlah ilmu social terapan, sebagai aplikasi ilmu–ilmu social murni pada salah satu bidang telaah tertentu misalnya ilmu pendidilkan, merupakan ilmu sosila terpaan yang mengaplikasikan konsep-konsep dari psikologi, antropologi,dan social ilmu manajemen menerapkan konsep psikologi, antropologi,dan social dan ilmu komunikasi, yang dikategorikan sebagia ilmu social trapan dengan mengaplikasikan konsep-konsep sosiologi, psikologi, antropologi, psikologi, antropologi,dan ekonomi.

ILMU
Ilmu adalah...
1. Sistematis
2. Metodis itu adalah cara atau penelitian
3. Objek adalah berdasarkan fakta dan data
4. Universal itu seperti kita membicarakan dari khusus yang umum dari yang umum jadi yang khusus.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu
Orang yang mempunyai pengalaman belum tentu pengetahuan kecuali mempunyai tahu mengambil keputusan; sedangkan pengalam belum tentu mencari pengetahuan.

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

* Mempunyai Keyakianan
* Mempunyai Kepercayaan
* Mempunyai Kepastian
* Dan mempunyai Kebenaran

ILMU KOMUNIKASI
Dalam konteks inilah maka komunikasi dikatakan bersifat interdisipler, yaitu memanfaatkan ilmu-ilmu yang berada di dalam rumupun ilmu-ilmu social. Ilmu komunikasi juga dapat dikatakn bersifat multidisipler memanfaatkan ilmu-ilmu lain yang berada diluar rumpun ilmu-ilmu social.

Obyek kajian
obyek kajian merupakan syarat suatu imu, sebagaimana disimpulkan pada bagian terdahulu, harus memiliki obyek kajian.

Obyek Ilmu Komunikasi
Obyek ilmu komunikasi adalah komunikasi itu sendiri, yakni uasaha penyampaia pesan antar manusia.

Obyek Komunikasi harus mempunyai :

* Komunikasi harus terjadi antar manusia
* Pesan yang disampaikan harus diterima

Syarat komunikasi harus mempunyai 3 unsur:

* Komunikator adalah penyampian pesan
* Komunikan adalah penerima pesan
* Pesan

Jadi, Komunikasi harus menyapampaikan pesan antar manusia dan harus mempunyai tiga unsur tersebut. Komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar manusia.

Unsur komunikasi

* Adanya noise yaitu ganguan komunikasi
* Dan feed back yaitu umpan balik

Efek komunikasi ada 3 :

1. Kognitif adalah tahu atau orang jadi tahu
2. Afektif adalah_________
3. Kognaktif adalah perilku



PARADIGMA
Paradigma adalah cara pandang misalnya sengaja Karena ada motif komunikasi (V) sedangkan tidak disengaja karena tidak ada motif komunikasi(X)


Paradigma I


Setuju (S) (V)


Tidak setuju(T) (V)

Paradigma II


Setuju (S) (X)


Tidak setuju(T) (V)

Paradigma III


Setuju (S) V


X


Dalam komunikasi yang terjadi anatara manusia ada tiga sudut pandang, yaitu :
1. Paradigma satu : cara pandang sengaja dan tidak sengaja
2. Pardigma dua : cara pandang tidak sengaja
3. Paradigma tiga : cara pandang di sengaja

Syarat komunikasi menurut _______________
Paradigma 1 : ada Komunikator, ada pesan, dan komunikannya
Paradigma 2 : ada komunikan, ada pesan , dan ada komunikator
paradigma 3 : ada komunikator, ada pesan dan target komunikanya

Dari kepastian barulah timbul keyakinan
Saat ini yang akan di pelajari oleh fakultas ilmu komunikasi sarjana sosial yaitu paradigma 3 (tiga) yang harus disampaikan dengan sengaja atau adanya motif dan usaha yang menyebabkan seseorang dengan sengaja menyampaikan pesannya kepada manusialain atau antar manusia.

Menurut Harold D. Laswell (ilmu Politik)
Kontribusi lasswell pada ilmu komunikasi banyak ditemukan dalam bukunya propaganda and communication in World History, yang memuat formulasi yang kelak banyak digunakan dalam riset komunikasi massa:

* who adalah komunikator
* syas what adalah pesan
* in with cahnnel adalah saluran
* to whom adalah komunikan
* whit the efect adalah efek

cara paling mudah untuk menggambarkan komunikasi yaitu ________________